Sunday, October 7, 2007

HISTORY of ROBERTINO

16 th yang lalu, tepatnya tanggal 8 Oktober 1991 ada seorang bayi yg diutus oleh Tuhan bwt hidup di dunia. Diramalkan bocah itu akan jadi anak yang baik, pinter musik n bakat olahraga. Bocah ini udah diwarisi darah seni oleh Mozart n Bethoven sebagai nenek moyangnya. Bocah ini seneng semua jenis musik, mulai keroncongnya kakek2 sampe genre punk model anak muda jaman sekarang. Bocah ini sekarang udah gede, dia sekarang uadah jadi anggota BIG BAND "MUSTAFA". Dia di MUSTAFA pegang gitar n keyboard. Selain itu dia juga organis paling cilik di CHURCH Sint Stef.

Dia Punya Motto yang bagus banget "Experintia est optima rerum magistra" atau Experience is the best teacher.

Terakhir kali, AQ pengen ngucapin HAPPY BIRTHBAY

buat :
ALFONSUS ROBERTINO IKALINUS

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI


Akoe tjoema pengen ngoetjapin boeat temen2koe, goeroe2koe n semoeanja jang ngrajain Lebaran.

Semoga poeasa jang kalian laksanakan dapat diterima disisi-Nya.

Meskipoen akoe non muslim BUT akoe hargain perdjoeangan kalian oentoek melawan nafsoe n godaan jang datang.

Terakhir kali akoe tjoema pengen ngutjapin PROFICIAT boeat kalian Semoea.

MERDEKA

17 Agustus 2007, Benarkah Indonesia Merdeka?



Kemerdekaan adalah jembatan emas. Artinya, kemerdekaan bukan akhir dari perjuangan. Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia seharusnya menjadi awal bagi perjuangan untuk memerdekakan rakyat Indonesia.

Tepat pada tanggal 17 Agustus 2007 nanti, Indonesia genap berusia 62 tahun. Kemeriahan perayaan HUT RI kali ini sudah mulai terasa. Penjual-penjual bendera merah putih dengan segala asesorisnya sudah mulai tampak memamerkan dagangannya. Demikian juga dengan pertandingan-pertandingan olahraga, yang biasa digelar untuk memeriahkan hari yang sakral tersebut, juga sudah mulai terlihat.

Mensyukuri kemerdekaan yang telah kita raih merupakan sesuatu yang patut dilakukan, namun melakukan instrospeksi untuk melihat sejauh mana cita-cita kemerdekaan telah kita capai, juga tidak boleh diabaikan. Karena kemerdekaan adalah momentum, untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari keterbelakangan.
Wajah Buram Indonesia

Wajah buram Indonesia dapat dibaca jelas lewat banyaknya pengangguran dan orang miskin. Berbicara tentang kemiskinan dan pengangguran, Indonesia jauh lebih miskin dibanding Malaysia dan Singapura. Sekitar 64 juta rakyat Indonesia hidup miskin di penghujung akhir tahun 2005. Artinya, hampir seperempat penduduk
Indonesia berada dalam kemiskinan. Awal tahun 2006 pengangguran diperkirakan mencapai sekitar 10 juta orang, belum lagi ditambah berbagai bencana yang menyebabkan banyak masyarakat kehilangan mata pencahariannya.

Dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia misalnya, Indonesia jauh tertinggal. Memang Indonesia berhasil mengukir prestasi indah dalam beberapa olimpiade sains belum lama ini. Namun itu hanya sebatas menunjukkan, bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar.

Padahal bila kita melihat pada alenia ke empat dalam Pembukaan UUD tahun 1945 tentang cita-cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai, terdapat salah satu point yang menyebutkan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain itu dalam batang tubuh UUD tahun 1945 dalam Pasal 31 menyebutkan “setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran yang layak”. Kedua point tersebut tidak pernah terealisasi dan hanya menjadi angan-angan belaka. Kalimat-kalimat yang indah itu hanya menjadi bahasa-bahasa langit yang sulit sekali untuk dapat diterjemahkan dalam bahasa yang membumi, khususnya pada masyarakat yang ingin sekali merasakan nikmatnya dunia pendidikan.
Pendidikanku Malang

Pemerintah sebagai wujud dari organisasi bangsa, tidak pernah serius dalam membangun salah satu unsur terpenting dari sebuah negara, yaitu pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Ketidakseriusan ini nampak jelas, ketika kita mencoba merefleksikan dalam kurun waktu hampir 62 tahun Indonesia merdeka, sektor pendidikan tidak pernah menjadi prioritas lahan garap pemerintah. Pendidikan hanya menjadi nomer sekian setelah sektor-sektor yang lain. Padahal, ketika sebuah bangsa ingin maju dan mampu untuk sampai pada tahap tinggal landas sektor inilah yang harus menjadi perhatian utama. Dengan pendidikan dan kecerdasan, bangsa Indonesia akan mampu tampil dan menunjukkan eksistensinya kepada dunia, bukan hanya menjadi bangsa pengekor serta tunduk dan patuh pada bangsa lain.

Tetapi bila kita melihat kondisi sekarang, kelihatnnya masyarakat memang harus menahan keinginannnya itu dan terus bersabar. Karena terdapat indikasi bahwa anggaran pendidikan untuk tahun 2008 akan dikurangi, padahal seharusnya naik (sebagai realisasi anggaran pendidikan 20 %). Bagaimana mungkin kita mendapatkan mendidikan yang berkualitas ketika anggaran pendidikan terus-menerus dipangkas. Dan dalih pemerintah dalam pengambilan kebijkan ini adalah untuk membayar bunga hutang luar negeri. Padahal hutang tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang akan tetapi rakyat yang harus menanggung deritanya.

Permasalahan selanjutnya adalah mengenai kesejahteraan guru negeri apalagi swasta juga kurang diperhatikan. Guru sebagai seorang pendidik seharusnya mendapat penghormatan dan penghargaan mulia. Bagaimana mungkin para guru dapat memberikan kinerjanya yang optimal dalam mendidik dan mengajar para siswanya, ketika disatu sisi mereka masih repot untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Realita yang ada mereka selalu terpinggirkan dalam masalah kesejahteraan dan tidak pernah diperhatikan. Walaupun para guru melakukan semua pengabdian itu dengan tulus ikhlas, seharusnya pemerintah juga harus memperhatikan nasib mereka dan memberikan penghargaan yang layak atas kerja keras yang telah mereka lakukan.

Beberapa kondisi tersebut menunjukkan bahwa memang nasib bangsa ini memang sungguh tragis. Tidak pernah henti-hentinya mereka terus ‘dijajah’. Proklamasi kemerdekaan memang telah berkumandang 62 tahun silam, tetapi panjajahan-penjajahan dalam bentuk dan wujud yang lain tetap berlangsung di negeri ini.

Kemerdekaan di negeri ini belumlah dapat dinikmati seluruh bangsa. Mengutip syair W.S Rendra: “...bukankah kemerdekaan yang sempurna itu adalah kemerdekaan negara dan bangsa? Negara anda sudah merdeka, tetapi apakah bangsa anda juga sudah merdeka?”

Anda mungkin telah merdeka. Negara ini telah merdeka. Tapi yang pasti bangsa Indonesia belum merdeka. Saya tidak memiliki kompetensi untuk menggurui, tetapi kita semua bisa belajar dari para pejuang kemerdekaan negeri ini. Ketika harapan bersanding dengan kenyataan? Saya hanya mampu hormat setengah tiang.

Google Docs -- Web word processing, presentations and spreadsheets. Edit halaman ini (Anda punya izin) Edit halaman ini (jika Anda punya izin) | Laporkan spam